Takzim Kematian
Barangkali tak ada satu tanda yang memisahkan antara surga dan neraka dalam pengembaraan hidupmu kelak. Sepiring duka selepas malam mengiringmu dalam sebuah upacara suci perkabungan. Anjing-anjing melolong meminta doa salam takzim dari tubuhmu. Selembar tangis yang terdengar dalam pekat malam adalah suara tangismu sendiri. Beku dan bernada sumbang.
Sungai-sungai panjang itu selalu memberimu nafas aroma kematian yang semerbak melumuri dinding dengan bau amis kecipak darah yang kau ambil dari jantung-jantung manusia tanpa nama menyisakan sepucuk pesan tentang kisah malaikat lapar yang menjelma iblis dengan kedua sayap yang patah. Selalu, selalu dan selalu membujukmu untuk berkubang dalam sebuah kolam penuh amis darah.
Mereka tak punya nama
Mereka tak punya dosa
Mereka tak punya saudara
Mati
Barangkali neraka adalah puncak hikayat kematianmu yang paling agung. Sementara surga menjadi selokan dengan aliran lumpur-lumpur yang mengendap menjadi sebuah cerita kenangan yang kau sia-siakan sepanjang hidupmu. Kau lintah yang menghisap darah yang tak takut pada bara api. Tubuhmu sendiri adalah tubuh api. Rumahmu rumah api. Darahmu adalah api. Nyawamu nyawa api. Nerakamu api.
Surgamu adalah selokan dengan aliran lumpur-lumpur yang mengendap menjadi sebuah cerita kenangan yang kau sia-siakan sepanjang hidupmu.
“Barangkali kau adalah kematian itu sendiri”
Solo, 1 mei 09
Sungai-sungai panjang itu selalu memberimu nafas aroma kematian yang semerbak melumuri dinding dengan bau amis kecipak darah yang kau ambil dari jantung-jantung manusia tanpa nama menyisakan sepucuk pesan tentang kisah malaikat lapar yang menjelma iblis dengan kedua sayap yang patah. Selalu, selalu dan selalu membujukmu untuk berkubang dalam sebuah kolam penuh amis darah.
Mereka tak punya nama
Mereka tak punya dosa
Mereka tak punya saudara
Mati
Barangkali neraka adalah puncak hikayat kematianmu yang paling agung. Sementara surga menjadi selokan dengan aliran lumpur-lumpur yang mengendap menjadi sebuah cerita kenangan yang kau sia-siakan sepanjang hidupmu. Kau lintah yang menghisap darah yang tak takut pada bara api. Tubuhmu sendiri adalah tubuh api. Rumahmu rumah api. Darahmu adalah api. Nyawamu nyawa api. Nerakamu api.
Surgamu adalah selokan dengan aliran lumpur-lumpur yang mengendap menjadi sebuah cerita kenangan yang kau sia-siakan sepanjang hidupmu.
“Barangkali kau adalah kematian itu sendiri”
Solo, 1 mei 09
Posting Komentar untuk "Takzim Kematian"