Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Takzim Kematian

Barangkali tak ada satu tanda yang memisahkan antara surga dan neraka dalam pengembaraan hidupmu kelak. Sepiring duka selepas malam mengiringmu dalam sebuah upacara suci perkabungan. Anjing-anjing melolong meminta doa salam takzim dari tubuhmu. Selembar tangis yang terdengar dalam pekat malam adalah suara tangismu sendiri. Beku dan bernada sumbang.

Sungai-sungai panjang itu selalu memberimu nafas aroma kematian yang semerbak melumuri dinding dengan bau amis kecipak darah yang kau ambil dari jantung-jantung manusia tanpa nama menyisakan sepucuk pesan tentang kisah malaikat lapar yang menjelma iblis dengan kedua sayap yang patah. Selalu, selalu dan selalu membujukmu untuk berkubang dalam sebuah kolam penuh amis darah.
Mereka tak punya nama
Mereka tak punya dosa
Mereka tak punya saudara
Mati

Barangkali neraka adalah puncak hikayat kematianmu yang paling agung. Sementara surga menjadi selokan dengan aliran lumpur-lumpur yang mengendap menjadi sebuah cerita kenangan yang kau sia-siakan sepanjang hidupmu. Kau lintah yang menghisap darah yang tak takut pada bara api. Tubuhmu sendiri adalah tubuh api. Rumahmu rumah api. Darahmu adalah api. Nyawamu nyawa api. Nerakamu api.

Surgamu adalah selokan dengan aliran lumpur-lumpur yang mengendap menjadi sebuah cerita kenangan yang kau sia-siakan sepanjang hidupmu.

“Barangkali kau adalah kematian itu sendiri”
Solo, 1 mei 09
Andi Dwi Handoko
Andi Dwi Handoko Pendidik di SMP Negeri 2 Jumantono. Pernah mengajar di SD Ta'mirul Islam Surakarta dan menjadi editor bahasa di sebuah surat kabar di Solo. Suka mengolah kata-kata di DapurImajinasi dan kadang juga di media massa. Pernah juga mencicipi sebagai pelatih Teater Anak dan Pimred Majalah Sekolah. Suka juga bermusik. Hubungi surel adhandoko88@gmail.com, Instagram adhandoko88, atau facebook.com/andi.d.handoko

Posting Komentar untuk "Takzim Kematian"