Puisi
Pinggir Sejarah
Dari pinggir sejarah
kita menghitung luka-luka
berkarat pada jendela nako yang mulai pecah
daging-daging busuk
membawa aroma cendawan purba
hinggga bunga-bunga tak lagi menawarkan
seutas keharuman
yang dulu pernah mengikat hatiku ke hatimu
kita yang pernah bercerita
tentang sebuah perbedaan
membakar ujung syaraf terlena
pada bujukan-bujukan pemberontakan
dengan mesiu-mesiu
dan paham-paham yang mulai basi terurai bakteri
kita yang berada di pinggir sejarah
mendirikan panggung dengan sorak penggemar
irama musik-musik populer
menghentak-hentak
hingga terlupa tak memakai celana dalam
Solo, 04’06’09
Senyum dalam Potret Ungu
Aku menyimpan potret tubuhmu
dalam bingkai ungu
bertuliskan abjad-abjad sejarah
kusam ditelan waktu
menelanjangi kenangan adalah kesepian
mengukir barisan-barisan kata di dinding
kamarku berbaris puisi
dalam tidur
senyummu menuntunku mesra
dalam ruang tanpa dimensi
bergurat mantra dan lukisan bergaya absurd
kau bersenandung dalam gelap
membangunkanku
menjauhi mimpi-mimpi yang kau sepuhkan
tajam mataku menghilang pejam
menatap senyummu yang tertinggal dalam potret ungu
mengiris kenangan dengan sebilah pisau dapur
Solo, 06’06’09
dimuat di Harian Joglosemar, Minggu, 21 Juni 2009.
Dari pinggir sejarah
kita menghitung luka-luka
berkarat pada jendela nako yang mulai pecah
daging-daging busuk
membawa aroma cendawan purba
hinggga bunga-bunga tak lagi menawarkan
seutas keharuman
yang dulu pernah mengikat hatiku ke hatimu
kita yang pernah bercerita
tentang sebuah perbedaan
membakar ujung syaraf terlena
pada bujukan-bujukan pemberontakan
dengan mesiu-mesiu
dan paham-paham yang mulai basi terurai bakteri
kita yang berada di pinggir sejarah
mendirikan panggung dengan sorak penggemar
irama musik-musik populer
menghentak-hentak
hingga terlupa tak memakai celana dalam
Solo, 04’06’09
Senyum dalam Potret Ungu
Aku menyimpan potret tubuhmu
dalam bingkai ungu
bertuliskan abjad-abjad sejarah
kusam ditelan waktu
menelanjangi kenangan adalah kesepian
mengukir barisan-barisan kata di dinding
kamarku berbaris puisi
dalam tidur
senyummu menuntunku mesra
dalam ruang tanpa dimensi
bergurat mantra dan lukisan bergaya absurd
kau bersenandung dalam gelap
membangunkanku
menjauhi mimpi-mimpi yang kau sepuhkan
tajam mataku menghilang pejam
menatap senyummu yang tertinggal dalam potret ungu
mengiris kenangan dengan sebilah pisau dapur
Solo, 06’06’09
dimuat di Harian Joglosemar, Minggu, 21 Juni 2009.
Posting Komentar untuk "Puisi"