Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Gunung Es Plagiarisme


Citra pendidikan Indonesia kembali tercoreng akibat maraknya kasus plagiarisme. Bahkan, beberapa waktu yang lalu seorang guru besar dari sebuah universitas diketahui telah melakukan plagiat. Ironis sekali, pengkhianatan intelektual justru dilakukan oleh orang yang dicap sebagai intelektual. Seperti yang diungkapkan oleh Agus Wibowo (Media Indonesia, 22/2), kasus plagiarisme menyerupai fenomena gunung es, tampak puncaknya namun badannya yang besar tak tampak sama sekali. Artinya yang terungkap hanya sebagian kecil saja, padahal masih banyak yang tersembunyi.

Plagiarisme menambah catatan tebal adanya budaya instan dalam pendidikan. Mahasiswa adalah pihak yang patut disoroti karena rentan dengan aktivitas plagiarisme. Mahasiswa mendapat tuntutan tugas untuk membuat karya ilmiah seperti makalah, artikel, dan yang paling utama adalah membuat tugas akhir/skripsi/tesis.
Adanya internet sangat membantu mahasiswa untuk mengerjakan tugasnya. Akan tetapi, internet sekaligus dapat menjadi bumerang bagi mahasiswa tersebut. Pasalnya, internet menyediakan berbagai informasi yang dapat dengan mudah diakses oleh mahasiswa. Mahasiswa rentan untuk melakukan penjiplakan dengan cara copy paste. Bisa saja terjadi, seorang mahasiswa menyelesaikan sebuah makalah dengan hitungan jam, bahkan menit.

Hal ini harus menjadi koreksi bersama. Profesionalitas dan kredibilitas seorang penguji tugas akhir/skripsi/tesis harus dikedepankan. Pasalnya, seorang penguji adalah pintu terakhir syarat lolosnya suatu tugas akhir/skripsi/tesis. Dosen pembimbing juga mesti teliti dengan pekerjaan mahasiswanya. Mahasiswa mesti diberi informasi bagaimana cara teknik mengutip, baik kutipan langsung maupun tidak langsung. Mahasiswa juga harus menjaga kehormatannya sebagai kalangan intelektual, tidak lantas terjebak dalam arus pragmatisme dan budaya instan. Apalagi sekarang marak adanya jual jasa pembuatan tugas akhir/skripsi/tesis yang diiklankan secara terang-terangan.

Plagiarisme mesti diberantas dari akarnya. Plagiarisme juga seperti rumput ilalang. Walau sudah dibakar habis, namun kalau akarnya masih ada, maka masih akan tetap tumbuh subur dikemudian hari. Plagiarisme tentu adalah pelanggaran karya intelektual seseorang. Oleh sebab itu, pelakunya mesti mendapat sanksi yang tegas, baik secara pidana ataupun pencopotan gelar akademik.
Andi Dwi Handoko
Andi Dwi Handoko Pendidik di SMP Negeri 2 Jumantono. Pernah mengajar di SD Ta'mirul Islam Surakarta dan menjadi editor bahasa di sebuah surat kabar di Solo. Suka mengolah kata-kata di DapurImajinasi dan kadang juga di media massa. Pernah juga mencicipi sebagai pelatih Teater Anak dan Pimred Majalah Sekolah. Suka juga bermusik. Hubungi surel adhandoko88@gmail.com, Instagram adhandoko88, atau facebook.com/andi.d.handoko

Posting Komentar untuk "Gunung Es Plagiarisme"