Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Puisi Bulan Ini



Aku dan waktu

lonceng pagi menjagaku
menerbangkan kasat bulu mataku
setelah mengembara jauh menitik
garis sebuah untaian alam
menjaga lipatan sukma
yang mendekap dirimu begitu dekat
salahkah jika…
mengisi saudara waktu
kakak atau adiknya untuk bercengkerama
denganmu
melewati begitu saja
menemukan hal terindah menusuk sisi indah
kenyataan
dan bukan sekedar hayalan.


Inspirasi

aku belajar puisi darimu
walau kau tak pernah mengajariku
belajar dari cinta dan harapan
yang hingga kini aku belum
menggapainya darimu
sebait dua bait ku tuliskan
walau harus mencuri hak cipta
ku ambil dari lirik-lirik lagu
ku ambil dari puisi-puisi teman
namun Cuma sedikit
cuma untuk belajar
cuma sebesar kuku hitam
nggak lebih
sekarang aku sudah mandiri
aku bisa menulis puisi sendiri
dan semua itu belajar darimu
inspirasiku

Nonsens

ranum bibirmu
bagai selongsong peluru
memenuhi penjuru otakku
siap menghujamku kapan saja
menyeringai bersama binar parasmu
siap menghantuiku setiap waktu
aku sebenarnya suka realitas
namun aku justru serimg berangan
aku ingin angan itu nyata
menjadi kenyataan
menjadi harapan
menjadi pijakan
masa datang kita berdua
memeluk waktu bersama
tentunya
dalam dekapan asmara

Kuatnya lassomu

kau membawa lasso itu
tak sadar tanganmu mengikatkan ke hatiku
menjelma ikatan kuat
meruntuhkan tuba tuba kegelapan
menjalar dari titik pangkal
hingga ujung ke ujung
dan tak pantas jika kau menariknya lagi
karena hatiku sudah beku terjerat lasso hatimu
dan terbang membawa
dalam ingatan sajak hati

Aneh

seribu wajah menutup mataku
seribu tatap membuka pandangku
satu hati mengunci hatiku

Sang penyair

lebih dari itu
kau sisakan senyum pahit
berhambur seiring bintang bintang
menampakkan diri dengan seribu wajah
sejak pahit merajam rasa
kau tak boleh mengenal air mata
kau tak boleh memerah air mata
sehingga lambat laun kan jadi jerit batin
dan berharap menyadarkanmu
sampai saat kau letakkan
bulan bulan purnama di hati
menghiasi sekat sekat kepahitan
datanglah rasa nyaman
menemani alunan lirik hati
sang penyair hati

Cita sajak

coba ceritakan pada penyair-penyair itu, kapan mereka menulis sajak,
bagaimana, mengapa, dan untuk apa serta siapa sajak sajak itu mereka tulis
untuk kebahagiaankah atau hanya sebuah luapan kekecewaan
kepada siapa tulisan-tulisan itu terangkai di batu sajak, entah berapa lama sajak sajak itu hanya mengembara ke setiap lorong lorong waktu dan meninggalkan sukma sukma berlari menjauhi
mungkinkah semua itu hanya sekedar hiburan, hayalan, bualan, dan tak ada waktu untuk menjadi sebuah harapan

Kekal

rumput bertanya pada kabut
siapa memapah kedua bahunya
menjemput hidup berangsur mati
selaput langit mendengar melalui
lubang lubang tuli
bergejolak tanah terbakar perih
cahaya dari angkasa
seputar insting atau naluri
rasa itu terus memutar
belum terjawab apa menjadi tanya
sejalan titian waktu
dijumpai kekekalan hakiki
tidak fana
tidak pudar
tidak luntur
di tengah waktu beralun alun


Kering menanti jawab

kepada langit bumi berharap
akan datang hujan
tanah keringnya telah memahat
beratus ratus hari
lagi dan lagi
debu debu berterbangan seperti
wallet pulang ke sarang senja
kala itu
tak mudah temui setetes air
arungi laut hanya memerih rasa
bayu kepulkan laut
menjadi awan
biarkan hitam dan datang petir menggelegar
biarkan tanah menjadi sejuk
oleh guyurannya

Andi Dwi Handoko
Andi Dwi Handoko Pendidik di SMP Negeri 2 Jumantono. Pernah mengajar di SD Ta'mirul Islam Surakarta dan menjadi editor bahasa di sebuah surat kabar di Solo. Suka mengolah kata-kata di DapurImajinasi dan kadang juga di media massa. Pernah juga mencicipi sebagai pelatih Teater Anak dan Pimred Majalah Sekolah. Suka juga bermusik. Hubungi surel adhandoko88@gmail.com, Instagram adhandoko88, atau facebook.com/andi.d.handoko

Posting Komentar untuk "Puisi Bulan Ini"