Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Layang-layang (Cernak)


Adi tak sabar menunggu waktu pulang. Setelah bel sekolah berdering tanda pelajaran habis, ia segera bergegas pulang. Ia sudah tak sabar ingin menerbangkan layang-layang kertas berbentuk burung garuda. Layang-layang itu sangat gagah dengan warna-warni yang indah.
Layang-layang itu merupakan oleh-oleh pamannya yang datang dari Surabaya kemarin.
“Adi, ini paman bawakan layang-layang”
“Wah…bagus sekali Paman!”
“Tapi ingat!, kalau bermain layang-layang juga harus ingat waktu, nanti capek dan malamnya tidak belajar”
“Tenang saja paman. Adi pasti rajin belajar kok!”
“Oya..kalau bermain layang-layang jangan di jalan raya, gunakan tempat yang tepat. Kamu tahu di mana tempat yang paman maksudkan?”
“Tahu paman, di lapangan atau di sawah kering yang sudah tidak ditanami”
Adi sangat senang mendapat layang-layang itu. Memang musim ini musim kemarau. Jadi kondisinya sangat tepat untuk bermain layang-layang.
Setelah makan siang, ia segera mempersiapkan benang layang-layang yang ia beli ketika pulang sekolah tadi. Sebetulnya ia ingin mengajak pamannya, namun pamannya sudah kembali ke Surabaya tadi pagi. Maka ia mengajak Doni untuk memenaminya bermain layang-layang.
Cuaca masih sangat panas. Namun Adi tak sabar jika harus menunggu nanti sore. Setelah semuanya beres, ia dan Doni dengan mantap membawa layang-layang itu untuk diterbangkan di lapangan sepak bola yang tak jauh dari rumahnya. Namun Adi kecewa, ternyata lapangan itu ditutup untuk persiapan pertandingan sepak bola nanti sore.
Doni mengusulkan untuk bermain di sawah yang kering saja. Namun Adi menolak.
“Aduh ke sawah itu jauh, nanti sampai di sana sudah capek. Kita bermain di jalan ini saja, kan kendaraan juga sepi” Adi tak peduli dengan nasihat pamannya kemarin. Ia tak sabar untuk segera menerbangkan layang-layangmya. Doni pun tak bisa mencegah Adi. Ia tetap menemani Adi bermain layang-layang di jalan itu.
Ternyata cukup mudah menerbangkan layang-layang itu. Hanya dengan beberapa tarik ulur, layang-layang itu pun mengangkasa dengan lancar. Adi dan Doni bersorak gembira. Doni pun ingin mengendalikan layang-layang itu.
“Adi, gantian dong!” Doni minta izin kepada Adi.
“Ah..nanti saja, masih asyik nih..!” jawab Adi.
Doni dengan cemberut duduk di seberang jalan menanti giliran dari Adi. Semula angin berhembus sepoi-sepoi sehingga layang-layang itu terbang dengan tenang. Namun kemudian angin berubah agak kecang sehingga layang-layang pun agak sulit di atur. Adi berlari kecil kesana-kemari untuk mengikuti gerak layang-layangnya. Karena terlalu memperhatikan layang-layangnya, Adi tak sadar ia telah berada di tengah jalan. Saat itu pula melintas sebuah sepeda motor dengan kecepatan lumayan tinggi.
“Awas!!!” teriak Doni dari seberang jalan.
Tapi sudah terlambat. Adi terserempet sepeda motor itu dan jatuh. Doni dan pengendara sepeda motor itu segera menolong Adi. Karena lukanya parah, Adi di bawa ke rumah sakit.
Lengan kanan Adi patah dan kedua kakinya lecet-lecet. Ia pun sedih dan menyesal karena tak menghiraukan nasihat pamannya. Mulai saat itu ia berjanji untuk menjadi anak yang patuh terhadap nasihat-nasihat yang diberikan kepadanya.

Andi D Handoko

gambar dari :boelansabit.wordpress.com
Andi Dwi Handoko
Andi Dwi Handoko Pendidik di SMP Negeri 2 Jumantono. Pernah mengajar di SD Ta'mirul Islam Surakarta dan menjadi editor bahasa di sebuah surat kabar di Solo. Suka mengolah kata-kata di DapurImajinasi dan kadang juga di media massa. Pernah juga mencicipi sebagai pelatih Teater Anak dan Pimred Majalah Sekolah. Suka juga bermusik. Hubungi surel adhandoko88@gmail.com, Instagram adhandoko88, atau facebook.com/andi.d.handoko

Posting Komentar untuk "Layang-layang (Cernak)"