Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Penghuni Baru

“Mumet aku buk!!”
Pagi itu Pak Said mengeluh pada istrinya. Sudah lama ia tidak menerima uang hasil kontrakan rumah. Rumah kontrakannya tidak laku. Setidak-tidaknyajika rumah kontrakan itu ada yang mengontrak, uang kontrakan bisa menambah pemasukkan keluarga. Apalagi Atik—anak bungsu Pak Said—sudah kuliah dan masuk perguruan tinggi yang bersatatus swasta. Tentunya pengeluaran keluarga akan semakin membengkak.
Tidak hanya itu, usaha Pak Said sebagai pemilik toko mebel pun akhir-akhir ini sedang mlempem. Penjualan barang-barang mebel di tokonya turun drastis.
“Mungkin ini dampak dari melambungnya harga BBM dan menurunnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar. Oleh karena itu barang-barang impor merajai pasar-pasar Indonesia” kata Pak Said seperti ekonom menjelaskan sebab tokonya sepi kepada istrinya. Istrinya hanya manggut-manggut tanda setuju atau mungkin pura-pura setuju karena kurang begitu paham tentang ekonomi. Memang Pak Said orangnya bisa dikatakan sok tau, bahkan dulu SD-nya saja tidak lulus.
“Pak…minta uang saku tambahan, di kampus banyak tugas…!” teriakan Atik semakin membuat Pak Said semakin meradang.
Rumah kontrakan itu tepat berada di samping rumah Pak Said. Tak seberapa besar,hanya terdiri dari satu ruang tamu, dua kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi. Di depan teras rumah kontrakan itu terdapat sebuah plakat yang sudah usang bertuliskan “Rumah Dikontrakkan”.
Ketika Pak Said sedang bersiap-siap berangkat ke toko. Ada seorang pemuda yang terlihat mondar-mandir di depan rumahnya. Pak Said menghampirinya.
“Ada keperluan apa mas? Mungkin ada yang bisa saya bantu?” tanya Pak Said.
“Rumah ini dikontrakkan ya Pak?”
“Benar Mas!”
“Bapak pemilik kontrakan ini?”
“Iya benar, murah lho Mas” Pak Said mencoba promosi.
Pak Said menunda kepergiannya ke toko, toh sudah ada Rujid yang akan membuka dan sekaligus menjaga tokonya. Ia mempersilahkan pemuda tadi duduk di beranda rumah dan memanggil istrinya untuk membuat minuman.
“Perkenalkan nama saya Haris, saya mahasiswa yang sedang mengadakan penelitian di daerah ini dan saya perlu kontrakan atau sekedar kos untuk tempat menginap”
“Oh jadi begitu, ngontrak di sini saja Mas, dijamin nyaman, aman dan murah”
“Tapi kelihatannya masih kotor Pak?”
“Itu bisa diatur Mas, nanti saya suruh orang untuk membersihkan sekaligus merapikannya”
Dengan proses negosiasi yang tak begitu rumit, akhirnya diperoleh kesepakatan bahwa pemuda itu akan mengontrak rumah itu selama setengah tahun dengan uang muka lima puluh persen dan sisanya akan dibayar tiga bulan setelah menempati kontrakan tersebut.
Pak Said menghela napas lega. Sudah ada sedikit pemasukan untuk ekonomi keluarganya. Keluh kesah terhadap istrinya tadi pagi kini berubah menjadi senyum lebar.
Hari berikutnya, Haris sudah menempati rumah kontrakan itu. Ia hanya tinggal sendiri. Ia cukup ramah dengan warga sekitar dan keluarga Pak Said. Setiap hari ia pergi dari pagi sampai sore bahkan terkadang sampai malam.
Malam itu Haris pulang jam sebelas malam dan bertemu Pak Said yang baru pulang dari kenduren.
“Baru pulang Mas Haris?”
“Neliti apa to mas? Kok perginya dari pagi sampai malam?” Pak Said pensaran dengan aktivitas Haris.
“Saya mahasiswa sosiologi Pak, jadi saya meneliti struktur sosiologis dari berbagai lapisan masyarakat dari strata yang paling rendah sampai yang paling atas”
“Pantas saja, neliti begituan pasti memakan banyak waktu” timpal Pak Said polos dan sok tau.
Aktivitas Haris semakin hari semakin sibuk dan terlihat semakin aneh. Waktu itu Haris pulang malam dengan membawa tas ransel besar.Ia disapa Pak Said,namun ia menjawab dengan terburu-buru. Paginya ia membawa tas ransel besar itu lagi dan bertemu lagi dengan Pak Said.
“Mas Haris bawa apa? kok sepertinya berat sekali?”
“Ini alat-alat praktik di lapangan Pak, penelitian juga butuh alat-alat praktik” jawab Haris ramahnamun agak terburu-buru.
“Ooooo…” ekspresi Pak Said polos.
Atik yang mendengar percakapan itu dari beranda rumah merasa aneh. Dari hatinya muncul pertanyaan “Masak anak sosiologi menggunakan alat-alat praktik lapangan?” Tapi ia tak ambil pusing, toh ia juga tak begitu tahu ilmu-ilmu sosiologi dan bentuk-bentuk masalah yang dipelajarinya. Siapa tahu memang benar apa yang dikatakan Haris tadi.
Namun beberapa minggu terakhir ini, Haris jarang terlihat pulang ke rumah kontrakannya. Ia juga tidak pamit dengan Pak Said kalau dia akan pergi lama. Pak Said juga tidak banyak ambil pusing. Itu sudah jadi hak Haris sebagai penghuni kontrakan.
Suatu hari Haris pulang ke kontrakan. Ia bertemu dengan istri pak Said dan bilang kalau selama ini ia pergi ke rumahnya yang ada di Jombang untuk suatu keperluan.
Suatu malam terdengar bunyi ledakan kecil dari dalam kontrakan Haris. Pak Said kaget langsung menuju ke rumah kontrakannya tersebut.
Dari luar ia berteriak “Ada apa Mas?”
“Tidak ada apa-apa Pak, radio saya njebluk kabelnya konslet.”
“Ohh..tapi njenengan ndak kenapa-kenapa to?”
“Baik-baik saja Pak”
“Ooo ya sudah…”
Malam itu setelah terjadi ledakan kecil, Haris pergi pagi-pagi buta dengan membawa tas ransel yang besar dan terisi penuh. Entah apa isi dari tas ransel tersebut. Hanya saja ketika hari sudah siang. Rumah kontrakan Pak Said di datangi rombongan mobil polisi. Polisi mengepung rumah kontrakan itu. Pak Said yang tidak pergi ke toko hari itu kaget dan bingung dengan apa yang terjadi.
Polisi pun menggrebek rumah kontrakan yang tak berpenghuni itu. Di dalamnya ditemukan puluhan bubuk potasium dan beberapa bom setengah jadi. Pak Said dan Istrinya lemas melihat semua itu. Setelah itu salah satu polisi menemui mereka dan berkata “Bapak dan Ibu silakan ikut kami ke kantor polisi guna penyelidikan kasus teroris ini”. Seketika mereka pingsan di tempat.

Andi Dwi Handoko
Mahasiswa Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS Solo.
No Hp: 085642035330
Andi Dwi Handoko
Andi Dwi Handoko Pendidik di SMP Negeri 2 Jumantono. Pernah mengajar di SD Ta'mirul Islam Surakarta dan menjadi editor bahasa di sebuah surat kabar di Solo. Suka mengolah kata-kata di DapurImajinasi dan kadang juga di media massa. Pernah juga mencicipi sebagai pelatih Teater Anak dan Pimred Majalah Sekolah. Suka juga bermusik. Hubungi surel adhandoko88@gmail.com, Instagram adhandoko88, atau facebook.com/andi.d.handoko

Posting Komentar untuk "Penghuni Baru"