Paradoks Iklan Rokok
Iklan
selalu menyuguhkan bahasa yang menarik, unik, dan inovatif. Kekreatifan dalam
membuat iklan menjadi hal penting untuk memikat daya tarik konsumen. Kemasan
bahasa iklan yang sering kali patut diacungi jempol adalah iklan rokok.
Iklan
rokok adalah iklan yang tidak boleh secara gamblang menawarkan produknya kepada
masyarakat. Karenanya, iklan rokok dikemas secara tersirat dengan bermain citra
visual. Iklan rokok cenderung mengutamakan kesan visualisasi seorang pria yang
gagah, maskulin, berani, dan penuh jiwa petualang. Selain itu, dimunculkan
slogan-slogan yang mendukung visualisasi tersebut. Misalnya, ada slogan iklan
rokok yang tertulis Pria punya selera, Nyalakan
merahmu, Tunjukkan aksimu, My live my adventure, dan sebagainya.
Slogan-slogan
tersebut secara tidak langsung mempunyai maksud bahwa dengan menggunakan produk
rokok tersebut, seseorang dapat dikatakan sebagai seorang pemberani, jantan, penuh
nyali, dan penuh tantangan. Namun, di balik semua itu, iklan rokok selalu
diikuti peringatan dari pemerintah yang tertulis Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan
gangguan kehamilan dan janin.
Ada
pertentangan antara isi iklan dan akhir iklan tersebut. Dapat dikatakan
terdapat paradoks dalam iklan tersebut. Gorys Keraf (136:2004) menjelaskan
bahwa paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata
dengan fakta-fakta yang ada. Satu sisi iklan rokok menawarkan produk yang penuh
citra keberanian dan kejantanan, di sisi lain ada peringatan bahwa merokok
dapat mengganggu kesehatan. Secara simpel dapat disimpulkan, bagaimana mungkin
produk yang dapat menyebabkan impotensi justru dapat mencitrakan kejantanan.
Andi Dwi Handoko
Alumni
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS Solo
Posting Komentar untuk "Paradoks Iklan Rokok"