Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pembelajaran Daring Pakai WAG? Mengapa Tidak?

Ibarat makan makanan ala restoran modern setiap hari, seseorang pasti merasakan kebosanan dan pasti ingin mencicipi lagi bagaimana lezatnya makanan tradisonal. Begitu pula dengan pembelajaran daring. Satu minggu, dua minggu pembelajaran daring dilakukan akan menggugah semangat siswa karena saat ini semua yang berbau online sudah lekat dengan mereka. Namun, jika pembelajaran daring tanpa variasi dilakukan terus-menerus, tentunya akan membuat mereka bosan dan tentu saja mengurangi semangat belajar. Akhirnya, smartphone tidak digunakan untuk belajar, tetapi untuk game atau berselancar di media sosial yang tentunya lebih mengasyikkan bagi mereka.

Banyak yang sudah merindukan sekolah. Mereka ingin belajar secara “tradisional” lagi. Bagaimana pun juga pembelajaran dengan tatap muka secara langsung akan menghadirkan interaksi yang jujur dan dari hati ke hati. Namun, adanya pandemi Covid-19 harus tetap memaksa mereka untuk tetap belajar dari rumah.

Tantangan yang paling nyata adalah para guru. Mereka menjadi pasukan terdepan dalam membuat pembelajaran daring yang efektif dan efisien bagi siswa. Banyak guru yang semula “anteng” dan nyaman dengan gaya mengajar tatap muka di kelas, kini harus berjibaku dengan beragam platform atau aplikasi berbasis internet. Semua itu dilakukan tentunya agar pelaksanaan pendidikan tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19.

Lantas saya teringat ketika menjadi pemandu workshop pembelajaran online dengan blog dan google form yang dilaksanakan di akhir tahun 2018 lalu. Workshop ini hanya di lingkup sekolah saja karena satuan pendidikan saja rutin melaksanakan workshop di awal semester, baik semester gasal maupun genap. Dalam pelatihan itu, saya mendampingi guru-guru untuk membuat soal online dengan platform Google Form. Karena berbentuk workshop, maka semua guru harus punya hasil yang dibagikan di WA Group (WAG) sekolah. Alhasil, sekitar 90 persen guru bisa membuat penilaian online dengan Google Form. 

Setelah pembelajaran awal semester mulai berjalan, tidak ada 10% guru yang mengaplikasikan penilaian online itu dalam pembelajarannya. Artinya, banyak yang bisa, tetapi tidak diaplikasikan. Namun, setelah adanya Covid-19, hampir semua guru mengaplikasikan penilaian online dengan Google Form. Adanya Covid-19 memang sangat merugikan manusia, tetapi pandemi virus ini juga banyak membuka mata para guru tentang pentingnya pembelajaran Abad 21.

Covid-19 telah mengubah tatanan dunia, termasuk pendidikan. Banyak guru ikut webinar atau mencari tutorial di YouTube tentang bagaimana teknik dan strategi yang tepat untuk mengajar secara online. Menurut pengamatan saya, banyak guru yang menggunakan grup WA sebagai senjata utama dalam pembelajaran daring karena kemudahan akses dan banyak yang memiliki aplikasi tersebut. Saya pun begitu. Sebenarnya, WA Group (WAG) yang terkesan simpel tersebut bisa dimaksimalkan untuk pembelajaran online sesuai kreativitas guru.

Dalam pembelajaran daring, dikenal dua jenis komunikasi, yakni sinkron dan asinkron. Pembelajaran sinkron sudah banyak dilakukan para guru dengan memanfaatkan aplikasi Zoom atau Google Meet. Namun, untuk sekolah di perdesaan ataupun pinggiran mungkin belum banyak yang menerapkan karena terbatasnya akses internet atau fasilitas penunjang seperti laptop atau smartphone. Pembelajaran sinkron menuntut adanya sinyal yang bagus dan kuota internet yang memadai. Sementara itu, pembelajaran asinkron adalah pembelajaran daring yang tidak menggunakan komunikasi virtual secara langsung. Pembelajaran asinkron menuntut adanya kemandirian siswa dalam belajar. Aplikasi yang banyak digunakan guru dalam pembelajaan asinkron adalah WA Group.

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, WAG banyak dijadikan para guru sebagai andalan dalam pembelajaran daring. Selain mudah, aplikasi ini juga hampir sudah dimiliki hampir semua orang yang mempunyai smartphone. Di awal pandemi lalu, saya pernah membimbing siswa untuk menghasilkan karya buku hanya dengan grup WA tanpa tatap muka sekali pun. Berikut foto siswa dan karyanya.


Menggunakan WAG sebagai sistem pengelolaan pembelajaran digital menuntut kreativitas guru dalam menguasai aplikasi penunjang lainnya. Bisa saya katakan, WAG di sini hanya sebagai sarana penghubung antara guru dan murid. Nah, yang menjadi pusat perhatian adalah “apa yang dikirim oleh guru kepada siswa”. Jangan sampai WAG hanya dijadikan guru untuk mengirimkan soal maupun tugas saja. Namun, WAG harus menjadi sistem pengelolaan pembelajaran daring yang mencangkup penjelasan materi dan evaluasi.

Penjelasan Materi melalui WAG

Penjelasan materi melalui WAG dilakukan dengan mengirimkan tautan yang berisi penjelasan materi, baik secara sinkron maupun asinkron.

a. Penjelasan Materi secara Sinkron

Guru dapat mengirimkan tautan Google Meet, Zoom, atau aplikasi sinkron lainnya melalui WAG. Saya pun masih yakin, guru-guru yang menggunakan aplikasi Google Classroom, Edmodo, Moodle, dan yang lainnya pasti juga tidak bisa lepas dari WAG untuk menginformasikan materi maupun tugas. Nah, tautan yang dikirim melalui WAG inilah yang nantinya bisa diklik oleh siswa sehingga menuju aplikasi yang digunakan, baik Zoom atau Google Meet. Dengan Zoom maupun Meet siswa dapat berinteraksi langsung dan bertanya jawab tentang materi maupun tugas yang akan dikerjakan.

b. Penjelasan Materi secara Asinkron

Penjelasan materi secara asinkron dapat dilakukan oleh guru dengan mengirimkan tautan atau link suatu platform yang sudah berisi materi yang akan diajarkan melalui WAG. Berikut beberapa platform yang bisa digunakan guru untuk mengembangkan materi pembelajaran.

1) Youtube

Semenjak pembelajaran jarak jauh atau sistem daring diberlakukan, banyak guru yang menjelaskan materi dengan menggunakan Youtube. Tak sedikit pula, guru yang akhirnya berprofesi sampingan menjadi YouTuber. Tautan video YouTube yang berisi materi bisa dikirimkan guru melalui WAG untuk dipelajari siswa secara mandiri atau didampingi oleh orang tua. Ada beberapa jenis video yang bisa dikembangkan guru dalam menjelaskan materi dalam bentuk video YouTube, yakni:

(a) Podcast pembelajaran

Video dengan jenis podcast banyak digunakan guru untuk menyampaikan materi. Biasanya guru membuat rangkuman materi dengan Powerpoint. Guru menjelaskan tayangan Powerpoint sambil mengaktifkan aplikasi perekam layar. Otomatis suara guru dan tayangan Powerpoint terekam dan melalui editing sederhana, video tersebut bisa dikirimkan ke siswa melalui WAG untuk dipelajari. Adapun aplikasi perekam layar yang biasa digunakan adalah OBS studio, Camtasia, Corel Screen Capture, dan lain-lain. 

Podcast pembelajaran juga bisa diproduksi menggunakan smartphone dengan aplikasi Powerpoint atau WPS untuk membuka materi. Perekam layarnya bisa menggunakan aplikasi Master Record, X-Recorder, Screen Recorder, dan masih banyak lagi yang lainnya.

(b) Video Chroma Key

Entah dengan istilah apa saya menyebutnya. Saya menggunakan istilah Video Chroma Key saja. Video jenis ini banyak bertebaran di YouTube sebagai media pembelajaran. Cirinya adalah ada guru yang menjelaskan materi dengan latar animasi atau tampilan materi. Video jenis ini cukup menarik bagi siswa. Teknik yang biasa digunakan adalah dengan menggabungkan video rekam layar yang berisi materi (sebagai background) dan video ketika guru menjelaskan (background menggunakan satu warna). Backgorund guru saat menjelaskan bisa diganti dengan tayangan slide materi. Syaratnya adalah background guru hanya menggunakan satu warna. Biasanya para guru menggunakan green screen atau blue screen. Background tersebut bisa diubah menjadi transparan dengan tools Chroma Key atau kunci kroma. Software yang bisa digunakan adalah Adobe Premiere Pro, Corel Video Studio, Filmora, dan lain-lain. Untuk smartphone, banyak yang menggunakan aplikasi Kinemaster. Untuk tutorialnya sudah banyak dibahas di blog maupun YouTube.

(c) Video Pembelajaran Langsung

Teknik ini, guru merekam pembelajarannya di kelas memakai papan tulis atau LCD proyektor, kemudian hasil rekaman dikirimkan ke siswa melalui WAG. 

2) Blog

Blog dapat dijadikan media pembelajaran yang berisi materi yang akan dipelajari siswa. Blog juga dapat menggabungkan antara materi, video YouTube, dan penilaian yang menggunakan Google Form, Quiziz, atau lainnya. Tautan blog dapat dikirim ke siswa melalui WAG. Selanjutnya siswa bisa belajar materi, menonton video pembelajaran, dan mengerjakan evaluasi langsung di blog tersebut.


Evaluasi Online

Tautan penilaian dengan sistem online bisa dikirimkan melalui WAG. Penilaian online bisa dibuat dengan Google Form maupun Quiziz. Evaluasi yang dilakukan online sangat memudahkan guru dalam koreksi, terutama evaluasi dengan jenis pilihan ganda karena bisa mengoreksi secara otomatis. Untuk isian atau esai, guru harus mengoreksi secara manual. Koreksi secara otomatis sebenarnya bisa, hanya saja antara kunci dan jawaban siswa harus sama persis, baik kata maupun penggunaan hurufnya. 

WAG Kunci Komunikasi Tugas Luring

Untuk menyiasati kebosanan tugas daring, guru biasa memberlakukan tugas luring. Tugas luring bisa diambil di sekolah dan jika sudah dijawab siswa, dalam jangka waktu tertentu dikembalikan lagi ke sekolah. Tidak hanya diambil di sekolah, tugas luring pun bisa dikirimkan melalui WAG dan hasil jawabannya baru dikirim ke sekolah. 

Ada banyak cara memaksimalkan pembelajaran daring. Tinggal bagaimana guru mau berusaha menunjukkan kreativitasnya. WAG yang sangat sederhana sekalipun bisa digunakan dalam variasi pembelajaran dan tentunya WAG sudah sangat akrab dengan siswa maupun wali siswa. Semangat berkreasi di era pandemi!

http://gurupenggerakindonesia.com

#PGRI, #KOGTIK, #EPSON #KSGN

Profil Penulis

Andi Dwi Handoko. Lahir di sebuah desa di pinggiran Kabupaten Wonogiri, 4 Januari 1988. Kini menjadi guru di SD Ta’mirul Islam Surakarta dan beralamat rumah di Sringin, RT2/RW III, Sringin, Jumantono, Karanganyar. Tahun 2018 pernah meraih Juara II Lomba Cipta Media Pembelajaran Anti Korupsi tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Pusat Belajar Anti Korupsi. Pernah menulis artikel, puisi, cerpen, esai dan pernah terpublikasikan di Joglosemar, Solopos, Suara Merdeka, Jawa Pos, antologi cerpen Joglo 3, antologi puisi Pendhapa 4, antologi puisi Anak-anak Peti, antologi cerpen Rendezvous di Tepi Serayu, antologi cerpen Mimpi Jelang Pemilu, antologi puisi Redi Lawu, dan antologi cerpen Perupa Wajah. Selain mengelola blog, juga menjadi admin Channel YouTube dengan nama yang sama dengan blog ini, yakni Dapurimajinasi. Aktif juga menjadi admin sekaligus penulis di website sekolah sdtakmirul.sch.id. 

Andi Dwi Handoko
Andi Dwi Handoko Pendidik di SMP Negeri 2 Jumantono. Pernah mengajar di SD Ta'mirul Islam Surakarta dan menjadi editor bahasa di sebuah surat kabar di Solo. Suka mengolah kata-kata di DapurImajinasi dan kadang juga di media massa. Pernah juga mencicipi sebagai pelatih Teater Anak dan Pimred Majalah Sekolah. Suka juga bermusik. Hubungi surel adhandoko88@gmail.com, Instagram adhandoko88, atau facebook.com/andi.d.handoko

Posting Komentar untuk " Pembelajaran Daring Pakai WAG? Mengapa Tidak?"