Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Menikmati Imajinasi Bukit Surga


Di atas bukit itu, senja seperti sebuah surga keindahan yang selalu menawan hati. Musim kemarau mencapai pertengahan September dan belum tampak tanda untuk berganti musim penghujan. Angin berhempus kencang menggoyang ilalang dan rumput liar yang menyetubuhi puncak bukit. Matahari tampak semakin menguning di ufuk barat. Sengatnya telah menjadi hangat, bahkan terkalahkan dengan hawa dingin yang terbawa hembusan angin.
Di kejauhan kita dapat melihat rangkaian pegunungan seribu yang biru dan seakan tak ada pangkal ujungnya. Melihat semua itu, kita seperti ditampilkan sebuah lukisan absurb dengan latar biru sintetis. Tak hanya itu, mata kita akan di manjakan oleh suasana air waduk Gajah Mungkur yang begitu tenang. Dari ketinggian bukit itu kita dapat memandang jauh seluruh luas waduk hasil karya pemerintahan orde baru tersebut.
Ketika hari cerah kita dapat menikmati hutan di sebelah barat yang membentang sampai batas cakrawala pandang kita. Jauh di sisi timur gunung lawu terpaku gagah dengan indahnya.
Itulah bukit Joglo. Sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 650 dari permukaan laut yang tersembunyi di desa Sendang, Wonogiri. Keindahan alam yang masuk propinsi Jawa tengah itu terletak sekitar 15 kilometer dari jantung kota Wonogiri. Wonogiri memang merupakan sebuah kabupaten dengan potensi alam yang sungguh besar namun belum tergarap dengan maksimal.
Untuk menuju desa Sendang cukup mudah. Kalau dari kota Wonogiri, kita dapat naik bus atau angkutan umum jurusan Wonogiri-Pracimantoro atau Wonogiri-Manyaran dan turun di kawasan camping ground sekitar waduk Gajah Mungkur. Namun untuk sampai ke puncak bukit Joglo, agak sulit jika tidak memiliki kendaraan sendiri karena tidak ada angkutan umum menuju ke sana. Kalaupun ada, angkutan umum hanya akan sampai pada perkampungan kecil di sebelah timur bukit dan waktunya pun tidak tentu.
Jalan sempit, berkelok-kelok tajam, naik terjal, menurun curam, itulah kira-ktra gambaran jalan menuju puncak Joglo. Jika bermotor, maka pengendara yang ada di depan di sarankan untuk hati-hati dan sadar akan kemampuannya, medan serta kondisi kendaraannya. Medan jalan seperti itu dapat menimbulkan sebuah risiko yang besar.
Perkampungan dengan rumah-rumah sederhana akan kita temui di sana. Setiap pagi anak-anak sekolah dasar menempuh berkilometer jalan yang curam untuk sampai di sekolah. Riuh tawanya seakan menjadi semangat yang berkejar dengan hangat sinar mentari dari timur yang kadang menyilaikan pandangan mereka.
Sebagian besar penduduk di sana hidup sebagai petani. Di sampng itu, mereka juga membuat sebuah kandang di dekat rumahnya untuk memelihara kambing atau sapi untuk sekedar tabungan ekonomi keluarga. Setiap pagi dan sore hari para petani sering terlihat berjalan gontai dnegan membawa sekarung rumput untuk makanan ternaknya tersebut. Ibu-ibu menggendong bakul yang berisi kotoran ternak untuk disebarkan di ladang atau sawahnya sebagai pupuk alami. Sungguh, nuansa pedesaan dilereng bukit Joglo bisa mengingatkan latar pada novel Ronggeh Dukuh Paruk hasil karya Ahmad Tohari yang begitu teduh, alami dan sederhana.

Wisata Gantole dan Paralayang
Sebelum dikenal di masyarakat luas, bukit joglo bukanlah bukit yang luar biasa. Sama seperti bukit-bukit yang banyak terdapat di wonogiri, hanya ditumbuhan tanaman-tanaman liar dan tak terawat. Namun bukit itu menjelma menjadi sebuah surga untuk banyak orang. Selain keindahan pemandangan yang dapat dirasakan di sana, Bukit Joglo juga menawarakn sebuah wisata yang cukup untuk menguji adrenalin kita yakni wisata gantole dan paralayang. sejak era sembilan puluhan, hampir setiap tahun diadakan kejuaraan nasional gantole. Namun sejak tahun 2007 lalu belum ada event serupa yang diadakan di bukit Joglo.
Bisa dikatakan bukit joglo adalah sebuah surga bagi atlit paralayang dan gantole. Keadaan geografis dan cuaca di sana sangat mendukung olahraga keudaraan tersebut. Bukit Joglo dapat dikategorikan sebagai landasan gantole dan paralayang dengan kualitas internasional. Seorang penerbang gantole atau paralayang yang lepas landas dari puncak bukit Joglo dapat puas terbang berjam-berjam di udara. Alangkah indahnya jika dapat menikmati biru waduk dan hutan-hutan dari atas udara hingga berjam-jam.
Pada dasarnya bukit Joglo yang memiliki berjuta keindahan tersebut kurang tergarap dengan maksimal. Faasilitas yang dibagun di sana lebih didedikasikan hanya untuk wisata olahraga. Sebenarnya letak dari bukit Joglo sangat strategis, karena bukit itu berada tepat di atas wisata Taman Rekreasi Sendang Asri Waduk gajah Mungkur. Padahal wisata Sendang Asri adalah sebuah objek pariwisata yang paling banyak menyerap wisatawan di Wonogiri. Pengunjung akan membludak ketika liburan atau hari lebaran.
Mungkin pemerintah kabupaten Wonogiri dapat membuat inisiatif untuk menggabungkan dua objek wisata ini. Ini pun harus dengan peningkatan fasilitas yang berada di bukit Joglo karena masih terdapat banyak kekurangan di sana-sini.
Alangkah indah jika di atas bukit di bangun sebuah gardu pandang sehingga pengunjung dapat leluasa menikmati pemandangan alam Wonogiri dengan nyaman dan aman. Akses jalan menuju bukit pun selayaknya menjadi pantauan utama. Sulitnya medan dapat menyebabkan pengunjung malas untuk mengunjunginya.

Emas yang Tersembunyi
Bukit-bukit dengan rimbun pepohonan yang menyelimutinya tampak menjadi beteng yang tangguh bagi kota Wonogiri. Hamparan bukit yang membentuk sebuah rangkaian pegunungan seribu itu membuat sebuah legenda yang mengumpulkan beberapa mata air hingga menjelma sungai Bengawan Solo.
Potensi wisata alam di kabupaten Wonogiri seperti bongkahan emas yang tersembunyi dalam goa yang dalam. Banyak sekali tempat-tempat wisata yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang diandalkan untuk mendongkrak APBD sekaligus menjual nama Wonogiri ke luar daerah.
Wonogiri terkenal dengan masyarakatnya yang menjadi kaum boro. Mereka meninggalkan kampung halaman dan merantau ke kota atau bahkan ke luar negeri untuk menopang kehidupan mereka. Mungkin dengan pemanfaatan potensi alam akan mengurangi tingkat kaum boro di Wonogiri. Kemandirian suatu daerah akan menjadikan pemerintahan yang bersifat otonomi semakin kuat.
Bisa di sebutkan keindahan-keindahan yang berada di Wonogiri seperti wana wisata Alas Kethu, Gunung Gandul, Bendungan Waduk Gajah Mungkur, Taman Rekreasi Sendang Asri, Bukit Joglo dan Karamba. Itu hanya potensi wisata yang dekat dengan kota Wonogiri, belum lagi potensi-potensi yang berada di setiap cabang kecamatan yang tersebar di seluruh pelosok kabupaten Wonogiri. Dapat disebutkan objek-objek lain seperti Goa Putri Kencana dan museum Karst Dunia (kecamatan Pracimantoro), Goa Ngantap (Kec. Giritontro), Pantai Nampu dan Sembukan (Kec. Paranggupito), Waduk Nawangan (Kec. Giriwoyo), Kahyangan (Kec. Tirtomoyo), Gilimanik (Kec. Slogohimo), dan potensi-potensi wisata kecamatan lain.
Masih banyak sebenarnya yang harus digarap oleh pemkab Wonogiri agar potensi-potensi itu menjadi sesuatu yang dapat diandalkan. Dan semua itu semoga ada kerja dari semua pihak agar emas yang berada jauh dalam goa itu dapat ditemukan dan ditambang. Terima kasih.
Gambar dari: www.angkasa-online.com/12/08/plesir/plesir3.htm
Andi Dwi Handoko
Andi Dwi Handoko Pendidik di SMP Negeri 2 Jumantono. Pernah mengajar di SD Ta'mirul Islam Surakarta dan menjadi editor bahasa di sebuah surat kabar di Solo. Suka mengolah kata-kata di DapurImajinasi dan kadang juga di media massa. Pernah juga mencicipi sebagai pelatih Teater Anak dan Pimred Majalah Sekolah. Suka juga bermusik. Hubungi surel adhandoko88@gmail.com, Instagram adhandoko88, atau facebook.com/andi.d.handoko

1 komentar untuk "Menikmati Imajinasi Bukit Surga"